Tanpa kita
sadari bahwa orang-orang yang terbuang, orang-orang yang diasingkan,
orang-orang yang tidak dianggap, orang-orang yang penuh dengan kekecewaan ada
disekitar kita, tetapi meski mereka ada disekitar kita terkadang kita tidak tahu akan keberadaan mereka
atau memang kita tidak mau tahu tentang kejadian yang menimpa mereka, padahal
sesungguhnya mereka sedang menghadapi badai tekanan yang berat yang memang
tidak tertampakkan dari wajah mereka, oleh karenanya penting bagi saya untuk
bertanya kepada kita semua.
Pernahkah kita
berpikir mengenai orang-orang yang terbuang tersebut? Pernahkah kita berpikir
mengenai orang-orang yang diasingkan? Pernahkah kita berpikir mengenai
orang-orang yang tidak dianggap? Pernahkah kita berperpikir mengenai
orang-orang yang penuh dengan kekecewaan? Ketika seseorang telah miris akan
kenyataan yang telah ia hadapi, maka ketika itu pula terdapat potensi besar
didalam dirinya untuk melakukan perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan
besar.
Adalah pendapat
umum bahwa orang-orang seperti ini lebih dominan untuk dikucilkan dan
dipisahkan dari golongan mereka, padahal tidakkah mereka berpikir bahwa hal ini
sangat begitu menyakitkan dan sangat memberi beban psikologis yang berat yang
menjadi faktor perubahan besar akan segera terjadi didalam diri mereka. Tak
sedikitpun terbayangkan oleh orang-orang sekitar tentang perubahan itu.
Perubahan yang menentukan esensi diri dalam dua hal, antara hancur termakan
arus atau tetap bertahan meski terbakar diatas bara api menyala.
Ada satu hal
yang terpenting, ketika seseorang mampu bertahan dari keterbuangan,
keterasingan, keterkecewaan, ketidakteranggapan, maka jangan salah bahwa orang
tersebut akan menjadi jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang sekitar
lainnya karena seseorang yang tiada henti mendapatkan tekanan-tekanan pada
dirinya, pada pikirannya, pada hatinya, dan pada keyakinannya, maka seseorang
tersebut akan dipaksa oleh suatu keadaan untuk melakukan perubahan-perubahan
dan pembaharuan-pembaharuan secara besar-besaran didalam hidupnya untuk segera
bangkit menghadapi segala masalah yang ada. Tetapi jika ketidakmampuan untuk
bertahan menghadapi tekanan-tekanan merasuk kedalam diri seseorang maka ketidakberdayaanlah
yang menyebabkan hancurnya pikiran, dan hati seseorang karena ketidaksanggupannya
menerima kenyataan dan melihat realita yang ada. Maka wajarlah jika kita
menemui kejadian banyaknya sesorang yang
melakukan jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya tersebut seperti bunuh
diri, nge-drug, dan lain sebagainya.
Hai orang-orang
yang terbuang, yang terasingkan, yang kecewa, yang tidak dianggap, meski pedang
kepedihan menusuk menyayat daging, meski lingkungan bagaikan sekumpulan
binatang yang siap memakan, meski harapan bagaikan fatamurgana. Jangan bersedih
kawan, walau fisik, pikiran, dan hati telah terkuras oleh sakitnya menghadapi
realita keadaan, walau hujjatan seperti sekumpulan anak panah yang siap sigap untuk
menusuk tulang rusuk, tetap jangan menyerah kawan karena memang perjuangan
membutuhkan kesungguhan, karena memang akan ada kemudahan sesudah kesusahan,
karena memang akan ada senyuman setelah tangisan, karena gelap akan segera
tergantikan, dan Tuhan pencipta takdir pun telah mengatakan “tidak akan
kutimpakan ujian kepada hamba-Ku kecuali sesuai batas kemampuannya”.
Dan kepada semua
orang perhatikanlah, cobalah untuk memahami situasi orang-orang yang terbuang,
berusahalah mencoba mengerti hati dari orang-orang yang terbuang, jangan
menggunakan ego primitif kepada mereka karena sesungguhnya jika mereka bertukar
posisi dengan anda, maka saat itulah anda akan benar-benar mengerti dan
memahami bagaimana tekanan-tekanan yang dialami oleh orang-orang yang terbuang.
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyrah:5-6).
By. Zhufi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar