Selasa, 29 November 2011

Orang-Orang yang Terbuang



Tanpa kita sadari bahwa orang-orang yang terbuang, orang-orang yang diasingkan, orang-orang yang tidak dianggap, orang-orang yang penuh dengan kekecewaan ada disekitar kita, tetapi meski mereka ada disekitar kita  terkadang kita tidak tahu akan keberadaan mereka atau memang kita tidak mau tahu tentang kejadian yang menimpa mereka, padahal sesungguhnya mereka sedang menghadapi badai tekanan yang berat yang memang tidak tertampakkan dari wajah mereka, oleh karenanya penting bagi saya untuk bertanya kepada kita semua.
Pernahkah kita berpikir mengenai orang-orang yang terbuang tersebut? Pernahkah kita berpikir mengenai orang-orang yang diasingkan? Pernahkah kita berpikir mengenai orang-orang yang tidak dianggap? Pernahkah kita berperpikir mengenai orang-orang yang penuh dengan kekecewaan? Ketika seseorang telah miris akan kenyataan yang telah ia hadapi, maka ketika itu pula terdapat potensi besar didalam dirinya untuk melakukan perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan besar.
Adalah pendapat umum bahwa orang-orang seperti ini lebih dominan untuk dikucilkan dan dipisahkan dari golongan mereka, padahal tidakkah mereka berpikir bahwa hal ini sangat begitu menyakitkan dan sangat memberi beban psikologis yang berat yang menjadi faktor perubahan besar akan segera terjadi didalam diri mereka. Tak sedikitpun terbayangkan oleh orang-orang sekitar tentang perubahan itu. Perubahan yang menentukan esensi diri dalam dua hal, antara hancur termakan arus atau tetap bertahan meski terbakar diatas bara api menyala.
Ada satu hal yang terpenting, ketika seseorang mampu bertahan dari keterbuangan, keterasingan, keterkecewaan, ketidakteranggapan, maka jangan salah bahwa orang tersebut akan menjadi jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang sekitar lainnya karena seseorang yang tiada henti mendapatkan tekanan-tekanan pada dirinya, pada pikirannya, pada hatinya, dan pada keyakinannya, maka seseorang tersebut akan dipaksa oleh suatu keadaan untuk melakukan perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan secara besar-besaran didalam hidupnya untuk segera bangkit menghadapi segala masalah yang ada. Tetapi jika ketidakmampuan untuk bertahan menghadapi tekanan-tekanan merasuk kedalam diri seseorang maka ketidakberdayaanlah yang menyebabkan hancurnya pikiran, dan hati seseorang karena ketidaksanggupannya menerima kenyataan dan melihat realita yang ada. Maka wajarlah jika kita menemui  kejadian banyaknya sesorang yang melakukan jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya tersebut seperti bunuh diri, nge-drug, dan lain sebagainya.
Hai orang-orang yang terbuang, yang terasingkan, yang kecewa, yang tidak dianggap, meski pedang kepedihan menusuk menyayat daging, meski lingkungan bagaikan sekumpulan binatang yang siap memakan, meski harapan bagaikan fatamurgana. Jangan bersedih kawan, walau fisik, pikiran, dan hati telah terkuras oleh sakitnya menghadapi realita keadaan, walau hujjatan seperti sekumpulan anak panah yang siap sigap untuk menusuk tulang rusuk, tetap jangan menyerah kawan karena memang perjuangan membutuhkan kesungguhan, karena memang akan ada kemudahan sesudah kesusahan, karena memang akan ada senyuman setelah tangisan, karena gelap akan segera tergantikan, dan Tuhan pencipta takdir pun telah mengatakan “tidak akan kutimpakan ujian kepada hamba-Ku kecuali sesuai batas kemampuannya”.
Dan kepada semua orang perhatikanlah, cobalah untuk memahami situasi orang-orang yang terbuang, berusahalah mencoba mengerti hati dari orang-orang yang terbuang, jangan menggunakan ego primitif kepada mereka karena sesungguhnya jika mereka bertukar posisi dengan anda, maka saat itulah anda akan benar-benar mengerti dan memahami bagaimana tekanan-tekanan yang dialami oleh orang-orang yang terbuang.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyrah:5-6).
By. Zhufi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar